- Back to Home »
- Renungan »
- Rencana Tuhan Indah Pada Waktunya
Posted by : Unknown
Rabu, 02 April 2014
Mazmur 92:5“Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya Tuhan, dan sangat dalamnya rancangan-rancanganMu.”
Ada seorang anak laki-laki yang berambisi bahwa suatu
hari nanti ia akan menjadi jenderal Angkatan Darat. Anak itu pandai dan
memiliki ciri-ciri yang lebih daripada cukup untuk dapat membawa nya kemanapun
ia mau. Untuk itu ia bersyukur kepada Tuhan, oleh karena ia adalah seorang anak
yang takut akan Tuhan dan ia selalu berdoa agar supaya suatu hari nanti
impiannya itu akan menjadi kenyataan.
Sayang
sekali, ketika saatnya tiba baginya untuk bergabung dengan Angkatan Darat, ia
ditolak oleh karena memiliki telapak kaki rata. Setelah berulang kali berusaha,
ia kemudian melepaskan hasratnya untuk menjadi jenderal dan untuk hal itu ia
mempersalahkan Tuhan yang tidak menjawab doanya. Ia merasa seperti berada
seorang diri, dengan perasaan yang kalah, dan di atas segalanya, rasa amarah
yang belum pernah dialaminya sebelumnya.
Amarah
yang mulai ditujukannya terhadap Tuhan. Ia tahu bahwa Tuhan ada, namun tidak
mempercayaiNya lagi sebagai seorang sahabat, tetapi sebagai seorang tiran
(penguasa yang lalim). Ia tidak pernah lagi berdoa atau melangkahkan kakinya ke
dalam gereja. Ketika orang-orang seperti biasanya berbicara tentang Tuhan yang
Maha Pengasih, maka ia akan mengejek dan menanyakan pertanyaan-pertanya an
rumit yang akan membuat orang-orang percaya itu kebingungan.
Ia
kemudian memutuskan untuk masuk perguruan tinggi dan menjadi dokter. Dan
begitulah, ia menjadi dokter dan beberapa tahun kemudian menjadi seorang ahli
bedah yang handal. Ia menjadi pelopor di dalam pembedahan yang berisiko tinggi
dimana pasien tidak memiliki kemungkinan hidup lagi apabila tidak ditangani
oleh ahli bedah muda ini. Sekarang, semua pasiennya memiliki kesempatan, suatu
hidup yang baru.
Selama
bertahun-tahun, ia telah menyelamatkan beribu-ribu jiwa, baik anak-anak maupun
orang dewasa. Para orang tua sekarang dapat tinggal dengan berbahagia bersama
dengan putra atau putri mereka yang dilahirkan kembali, dan para ibu yang sakit
parah sekarang masih dapat mengasihi keluarganya. Para ayah yang hancur hati
oleh karena tak seorangpun yang dapat memelihara keluarganya setelah
kematiannya, telah diberikan kesempatan baru.
Setelah
ia menjadi lebih tua maka ia melatih para ahli bedah lain yang bercita-cita
tinggi dengan tekhnik bedah barunya, dan lebih banyak lagi jiwa yang diselamatkan.
Pada suatu hari ia menutup matanya dan pergi menjumpai Tuhan. Di situ, masih
penuh dengan kebencian, pria itu bertanya kepada Tuhan mengapa doa-doanya tidak
pernah dijawab, dan Tuhan berkata, “Pandanglah ke langit, anakKu, dan lihatlah
impianmu menjadi kenyataan.”
Di sana,
ia dapat melihat dirinya sendiri sebagai seorang anak laki-laki yang berdoa
untuk bisa menjadi seorang prajurit. Ia melihat dirinya masuk Angkatan Darat
dan menjadi prajurit. Di sana ia sombong dan ambisius, dengan pandangan mata
yang seakan-akan berkata bahwa suatu hari nanti ia akan memimpin sebuah
resimen. Ia kemudian dipanggil untuk mengikuti peperangannya yang pertama, akan
tetapi ketika ia berada di kamp di garis depan, sebuah bom jatuh dan
membunuhnya. Ia dimasukkan ke dalam peti kayu untuk dikirimkan kembali kepada
keluarganya. Semua ambisinya kini hancur berkeping-keping saat orang tuanya
menangis dan terus menangis.
Lalu
Tuhan berkata, “Sekarang lihatlah bagaimana rencanaKu telah terpenuhi sekalipun
engkau tidak setuju.” Sekali lagi ia memandang ke langit. Di sana ia
memperhatikan kehidupannya, hari demi hari dan berapa banyak jiwa yang telah
diselamatkannya. Ia melihat senyum di wajah pasiennya dan di wajah anggota
keluarganya dan kehidupan baru yang telah diberikannya kepada mereka dengan
menjadi seorang ahli bedah.
Kemudian
di antara para pasiennya, ia melihat seorang anak laki-laki yang juga memiliki
impian untuk menjadi seorang prajurit kelak, namun sayangnya dia terbaring
sakit. Ia melihat bagaimana ia telah menyelamatkan nyawa anak laki-laki itu
melalui pembedahan yang dilakukannya. Hari ini anak laki-laki itu telah dewasa
dan menjadi seorang jenderal. Ia hanya dapat menjadi jenderal setelah ahli
bedah itu menyelamatkan nyawanya.
Sampai di situ, Ia tahu bahwa Tuhan ternyata selalu berada bersama
dengannya. Ia mengerti bagaimana Tuhan telah memakainya sebagai alatNya untuk
menyelamatkan beribu-ribu jiwa, dan memberikan masa depan kepada anak laki-laki
yang ingin menjadi prajurit itu.